Minggu, 07 Juni 2020

KALIMAT EFEKTIF


MAKALAH
KALIMAT EFEKTIF
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen : Poppy Nurul `Aini, M.Pd.



OLEH :
Amelia Zikrifah
Muhammad Faisal Fajri (3119117)
Nurhasanah (3119095)
Siti Hamidah (3119130)


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM JAKARTA
Tahun 2019/2020

KATA PENGANTAR
Segala puji kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hikmah, hidayah, pengetahuan, kesehatan serta umur yang panjang sehingga makalah ini yang berjudul “KALIMAT EFEKTIF” dapat kami selesaikan. Kami sangat berterimakasih kepada Ibu Dosen Poppy Nurul `Aini, M.Pd yang telah memberikan tugas makalah ini untuk pembelajaran mata kuliah Bahasa Indonesia.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang kalimat efektif. Bahwasannya sebagai seorang mahasiswa kita perlu memahami kalimat efektif karena kalimat efektif adalah kalimat yang komunikatif, mampu menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis secara tepat, sehingga dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara tepat pula.
Kami sadar sepenuhnya, jika dalam pembuatan makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun menuju kesempurnaan dari pembaca untuk kesempurnaan makalah kami yang akan datang.






Jakarta, 21 Oktober 2019










DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................    i
DAFTAR ISI............................................................................................................    ii
BAB I PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG................................................................................    1
B.  RUMUSAN MASALAH...........................................................................    1
C.  TUJUAN PENULISAN.............................................................................    1
BAB II PEMBAHASAN
1.    Pengertian Kalimat Efektif..........................................................................    2
2.    Syarat-Syarat Kalimat Efektif.....................................................................    2
1.    Kesepadanan...........................................................................................    3
2.    Keparalelan.............................................................................................    5
3.    Ketegasan................................................................................................    6
4.    Kehematan..............................................................................................    7
5.    Kecermatan.............................................................................................    9
6.    Kepaduan................................................................................................    9
7.    Kelogisan................................................................................................   10
BAB III PENUTUP
A.  KESIMPULAN...........................................................................................   11
B.  SARAN.......................................................................................................   11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................   12










BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG
Kalimat efektif adalah kalimat yang komunikatif, mampu menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis secara tepat, sehingga dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca dengan tepat pula. Sebagai seorang mahasiswa, guru, dan orang tua kita harus memahami tentang kalimat efektif, karena kita akan menjadi seorang komunikatif yang akan menyampaikan informasi, gagasan, perasaan, dan hal yang paling penting adalah agar orang yang kita berikan informasi paham akan informasi yang kita berikan.
Seseorang yang berbicara menggunakan kalimat efektif pasti akan mudah dipahami dan dicerna oleh pikiran bagi setiap orang yang mendengarkannya. Maka dari itu kita harus memahami pengertian kalimat efektif itu apa dan apa saja syarat-syarat kalimat efektif, yang akan kita bahas pada makalah ini.

B.   RUMUSAN MASALAH
1.    Apa pengertian dari kalimat efektif?
2.    Apa saja syarat-syarat kalimat efektif?

C.  TUJUAN PENULISAN
1.    Untuk mengetahui kalimat efektif, dan
2.    Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat kalimat efektif.













BAB II
PEMBAHASAN
1.    Pengertiaan Kalimat Efektif
Sabarti (1994:116) mengatakan, “Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas akan dengan mudah dipahami orang lain secara cepat. Arifin (2008:97) mengemukakan bahwa “Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembaca atau penulis. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur atau penulis secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara tepat pula.”
Chaer (2011:63) mengemukakan bahwa kalimat yang efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan “pesan” kepada pembaca persis seperti yang ingin disampaikan oleh penulis. Untuk dapat menjadi kalimat yang efektif pertama-tama kalimat tersebut harus lugas , kedua harus gramatikal. Di samping itu, sebuah kalimat yang efektif haruslah menggunakan konjungsi secara tepat, menggunakan kosa kata atau istilah baku, dan menggunakan ejaan baku. Keefektifan kalimat dapat rusak karena beberapa faktor. Faktor-faktor  yang menyebabkan ketidakefektifan kalimat adalah pemakaian ejaan yang kurang tepat, pembentukan kata yang tidak tepat, urutan kata yang tidak tepat, dan pemilihan kata yang tidak tepat pula.
Badudu (1984:188) menyatakan bahwa kalimat efektif ialah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si pembicara (sipenulis dalam bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang difikirkan atau dirasakan oleh si penutur atau penulis. Artinya, kalimat dapat dikatakan efektif apabila kalimat tersebut memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti gagasan yang ada pada pikiran pembicara atau penulis. Dengan demikian, kalimat efektif adalah kalimat yang berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud pembicara atau penulis.
Kalimat efektif  ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca sama dengan pemikiran penulis atau pembicara.

2.    Syarat-Syarat Kalimat Efektif

Akhadiah, dkk. (1999:116) menyatakan agar kalimat yang ditulis dapat memberi informasi kepada pembaca secara tepat seperti yang diharapkan oleh penulis, perlu diperhatikan beberapa hal yang merupakan ciri-ciri kalimat efektif, yaitu kepadanan dan kesatuan, kesejajaran bentuk, penekanan dalam kalimat, kehematan dalam menggunakan kata, dan kevariasian dalam struktur kalimat.
Menurut Widjono (2007:161), adalah (1) keutuhan, kesatuan, kelogisan, atau kesepadanan maknadan struktur; (2) kesejajaran bentuk kata atau struktur kalimat secara gramatikal; (3)kefokusan pikiran sehingga mudah dipahami; (4) kehematan menggunakan unsur kalimat; (5)kecermatan dan kesantunan; dan (6) kevariasian kata dan struktur sehingga menghasilkan kesegaran bahasa.

Secara umum kalimat efektif memiliki ciri khas yaitu, kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.

1.    Kesepadanan
Kesatuan gagasan bertujuan agar informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah. Kalimat tidak bertele-tele harus sistematis. Kesatuan kalimat ditandai oleh adanya kesepadanan struktur dan makna kalimat.
Kesepadanan adalah keseimbangan pikiran (gagasan) dengan struktur bahasa yang dipakai (Arifin & Tasai, 2003:90).Kesepadanan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.    Kalimat itu memiliki subjek dan predikat yang jelas
Ketidak jelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan mengkindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
·      Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (salah)
·      Semua mahasiswa perguruan tingi ini harus membayar uang kuliah.(benar)
·      Dalam seminar pendidikan kemarin membicarakan UU pendidikan yang baru. (salah)
·      Seminar pendidikan kemarin membicarakan UU pendidikan yang baru. (benar)

b.    Tidak terdapat subjek yang ganda
Sebuah kalimat yang memiliki subjek ganda akan berakibat pada ketidakefektifan gagasan yang diajukan.
Contoh:
·      Penyusun laporan itu saya di bantu oleh para dosen. (salah)
·      Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.(benar)
·      Soal itu saya kurang jelas.(salah)
·      Soal itu bagi saya kurang  jelas.(benar)
·      Pemeriksaan polisi itu Rina dinyatakan bersalah.(salah)
·      Dalam pemeriksaan polisi Rina dinyatakan bersalah. (benar)

c.    Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
Kata penghubung terdiri atas kata hubung intrakalimat dan ekstrakalimat. Kata hubung (konjungsi) intrakalimat adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah gagasan yang masih ada dalam satu kalimat, misalnya dan. Sementaa konjungsi ekstrakalimat adalah kebalikan dari intrakalimat, yaitu konjungsi yang menghubungkan antara dua buah kalimat.
Dalam kalimat efektif, penggunaan konjungsi intrakalimat pada kalimat tunggal tidak dibenarkan.
Contoh:
·      Kami datang agak terlambat. Sehinnga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.(salah)
·      Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara prtama.(benar)
·      Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu,kami tidak mengikuti acara pertama.(benar)
·      Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.(salah)
·      Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.(benar)
·      Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.(benar)
·      Ia terlambat bangun. Sehingga ia telat sampai di sekolah.(salah)
·      Ia terlambat bangun sehingga telah sampai di sekolah.(benar)
·      Ia terlambat bangun. Oleh karena itu, ia telat sampai di sekolah.(benar)
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk. Kedua,gantilah ungkapan penghubung intrakalimatmenjadi ungkapan penghubung antar kalimat.

d.   Predikat kaliat tidak didahului oleh kata yang
·      Rina yang berbaju merah. (salah)
·      Rina berbaju merah. (benar)
·      Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu. (salah)
·      Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. (benar)
·      Sekolah kami yang terletak di depan bioskop. (salah)
·      Sekolah kami terletak di depan bioskop. (benar)
Contoh lainnya:
a.    Pembangunan gedung kampus baru STIPAN pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberi kredit.
(terdapat subjek ganda dalam kalimat tunggal)
Seharusnya:        
Pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberi kredit untuk membangun gedung kampus baru STIPAN.
b.    Dalam pembangunan negara sangat berkaitan dengan stabilitas sosial politik.
(memakai kata depan yang salah sehingga gagasan kalimat menjadi kacau)
Seharusnya:
Pembangunan negara sangat berkaitan dengan stabilitas sosial politik.
c.    Berdasarkan agenda sekretaris ketua STIPAN akan memberi pengarahan kepada mahasiswa baru.
(tidak jelas siapa yang memberi pengarahan)
Seharusnya:
Berdasarkan agenda, Sekretaris Ketua STIPAN akan memberi pengarahan kepada mahasiswa.
Berdasarkan agenda sekretaris, Ketua STIPAN akan memberi pengarahan kepada mahasiswa baru.
2.    Keparalelan
Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat. Jika bentuk pertama nomina, bentuk kata kedua dan seterusnya juga nomina. Demikian juga kalau menggunakan verba. Jika bentuk perta verba,  bentuk kata kedua dan seterusnya juga verba.
Contoh:
·      Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
Kalimat ini tidak memiliki kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terjadi dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.

·      Tahap terakhir menyelesaikan gedung ini adalah kegiatan pengecatan tembok, memasangkan penerangan, pengujian sistem, pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat ini tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang, pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik jika diubah menjadi predikat yang nominal, sebagai berikut.

Contoh lainnya:
a.    Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kgiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem, pembagian air, dan pengaturan tata ruang. Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku, pembuatan katalog, dan buku-buku diberi label.
Seharusnya:
Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku, pembuatan katalog, dan pelabelan buku.
b.    Bapakmu menjadi dosen atau sebagai pengusaha.
Seharusnya:
Bapakmu menjadi dosen atau menjadi pengusaha.
Bapakmu sebagai dosen atau sebagai pengusaha.
c.    Demikianlah agar Saudara maklum, dan atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
Seharusnya:
Demikianlah agar saudara maklum, dan atas perhatian saudara saya ucapkan terimakasih.
d.   Dalam rapat itu diputuskan tiga hal pokok, yaitu peningkatan mutu produk, memperbanyak waktu penyiaran iklan, pemasaran yang lebih gencar.
Seharusnya:
Dalam rapat itu diputuskan tiga hal pokok, yaitu meningkatkan mutu produk, meninggikan frekuensi iklan, menggencarkan pemasaran.



3.    Ketegasan
Ketegasan adalah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
a.    Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat
Contoh:
·      Angka kemiskinan semakin meningkat sehingga tindak kriminal juga semakin banyak.
Penekanan kalimat tersebut: angka kemiskinan.
·      Tindak kriminal semakin banyak karena angka kemiskinan meningkat.
Penekanan kalimat tersebut: tindak kriminal.
·      Presiden mengharapkanagar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanan kalimat tersebut: presiden mengharapkan.
·      Harapan presiden ialah agar rakyat membagun bangsa dan negaranya.
Penekanan kalimat tersebut: harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.

b.    Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
·      Bukan, seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah diumbangkan kepada anak-anak terlantar (salah)
·      Bukan, seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telaah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
·      Bukan satu atau dua, tetapi puluhan TKW yang menderita karena perlakuan majikan. (benar)

c.    Melakukan pengulangan kata (repetisi)
Contoh:
·      Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.

d.   Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
·      Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
·      Perusahaan itu tidak bangkrut, tetapi berkembang dengan pesat.

e.    Mempergunakan partikel penekanan (penegasan)
Contoh:
·      Saudaralah yang bertanggung jawab.
·      Buanglah semua sifat burukmu.
Contoh lainnya:
a.    Meletakkan kata yang ditonjolkan pada awal kalimat;
Ujian akhir semester kita tempuh pada bulan Maret.
b.    Membuat urutan kata kata yang bertahap;
Buhan hanya seratus, seribu, atau sejuta, melainkan berjuta-juta,bahkan bermilyar-milyar rupiah telah disumbangkan kepada korban bencana tsunami di Aceh.
c.    Melakukan pengontrasan atau pertentangan kata kunci;
Para korban bencana tsunami di Aceh tidak menghendaki bantuan yang bersifat sementara, tetapi bantuan yang bersifat permanen.
d.   Mempergunakan partikel penegas.
Andalah yang bertanggung jawab menyelesaikan tugas pemerintahan itu.

4.    Kehematan
Maksud kehematan adalah hemat menggunkan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan itu dapat dilakukan dengan berbagai cara.
a.    Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Contoh:
·      Anda tidak perlu menghadiri undangan itu jika anda sakit. (salah)
·      Anda tidak perlu menghadiri undangan itu jika sakit (benar)
·      Karena ia tidak di undang , dia tidak datang ketempat itu (salah)
·      Karena tidak diundang , dia tidak datang ketempat itu. (benar)
·      Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa Presiden datang. (salah)
·      Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa Presiden datang. (benar)

b.    Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata
Contoh:
·      Ia membeli mobil BMW. (salah)
·      Ia membeli BMW. (benar)
Kata BMW sudah mencakupi kata mobil.
·      Ia memelihara burung beo. (salah)
·      Ia memelihara beo. (benar)
Kata beo sudah mencakupi kata burung.
·      Ia memakai baju warna merah. (salah)
·      Ia memakai baju merah. (benar)
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
·      Di mana engkau menagkap burung pipit itu? (salah)
·      Di mana ngkau mengkap pipit itu? (benar)
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.

c.    Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kata hanya bersinonim dengan kata saja.
Kata sejak bersinonim dengan kata dari.

Contoh:
·      Dia hanya membawa badannya saja. (salah)
·      Dia hanya membawa badannya. (benar)
·      Ia naik ke atas kapal. (salah)
·      Ia naik kapal. (benar)
·      Ia hanya menanam satu pohon saja. (salah)
·      Ia hanya menanam satu pohon. (benar)

d.   Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak
Contoh:
·      Semua masyarakat mengikuti upacara menaikkan bendera di istana negara melalui siaran langsung di televisi.
Kata semua bersifat jamak, dan kata masyarakat juga bersifat jamak. Kalimat tersebut dapat diubah menjadi berikut.
·      Masyarakat mengikuti upacara menaikkan bendera di istana negara melalui siaran langsung di televisi.

Bentuk Tidak Baku
Bentuk Baku
Para tamu-tamu
Para tamu
Beberapa orang-orang
Beberapa orang
Para hadirin
Hadirin
Para bapak-bapak
Bapak-bapak
Banyak siswa-siswa
Banyak siswa
Saling pukul-memukul
Pukul memukul

Contoh lainnya:
a.    Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri bahwa mahasiswa STIPAN itu belajar seharian dari pagi sampai petang.
Seharusnya:
Saya melihat sendiri mahasiswa STIPAN itu belajar seharian.
b.    Dekan itu dengan segera mengubah rencana setelah dia bertemu dengan rektornya.
Seharusnya:
Dekan itu segera mengubah rencana setelah bertemu rektornya.
c.    Agar supaya Anda dapat memperoleh nilai ujian yang baik Anda harus belajar dengan sungguh-sungguh.
Seharusnya:
Agar Anda memperoleh nilai yang baik, belajarlah sungguh-sungguh.
Belajarlah sungguh-sungguh agar Anda memperoleh nilai yang baik.
Anda harus sungguh-sungguh belajar supaya mendapat nilai yan baik.


5.    Kecermatan
Kecermatan yakni sebuah kalimatbtidak menimbulkan tafsiran danda, dan tepat dalam pilihan katanya.
Contoh:
·      Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
Kalimat tersebut memiliki tafsiran ganda,yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguruan tinggi?
Kalimat tersebut dapat diubah menjadi.
Mahasiswa yang berasal dari perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
·      Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat ini dapat diubah menjadi.
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hululabang, dan para menteri.

6.    Kepaduan
Kepaduan adalah sebuah pernyataan dalam kalimat disampaikan tidak terpecah-pecah.
a.    Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berfikir yang tidak simetris. Oleh karena itu, hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradap.
b.    Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif pesona.
Contoh:
·      Surat itu saya sudah baca. (salah)
·      Surat itu sudah saya baca. (benar)
·      Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan. (salah)
·      Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan. (benar)
·      Mobil itu saya sudah bayar. (salah)
·      Mobil itu sudah saya bayar. (benar)
Kalimat di atas tidak menunjukkan sebab aspek terletak antara agen dan verbal.
c.    Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat  kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
·      Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat. (salah)
·      Mereka membicarakan kehendak rakyat (benar)
·      Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat. (salah)
·      Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat. (benar)
·      Pak Budi memerintahkan daripada seluruh karyawannya untuk bekerja lebih giat. (salah)
·      Pak Budi memerintakhan seluruh karyawannya untuk bekerja lebih giat. (benar)

·      Rapat pimpinan itu membicarakan tentang etos kerja karyawannya. (salah)
·      Rapat pimpinan itu membicarakan etos kerja karyawannya. (benar)
Contoh lainnya:
a.    Kepada setiap mahasiswa STIPAN harus memiliki kartu identitas mahasiswa.
(tidak mempunyai subjek atau subjeknya tidak jelas)
Seharusnya:
Setiap mahasiswa STIPAN harus memiliki kartu identitas mahasiswa.
b.    Saya punya rumah baru saja diperbaiki.
(struktur kalimat tidak benar atau rancu)
Seharusnya:
Rumah saya baru saja diperbaiki.
c.    Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani.
(unsur S-P-O tidak berkaitan erat)
Seharusnya:
Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.

7.    Kelogisan
Kelogisan adalah ide sebuah kalimat dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Contoh:
·      Waktu dan tempat kami persilahkan.
·      Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini.
·      Haryanto Arbi meraih juara pertama Jepang Terbuka.
·      Hermawan Susanto menduduki juara pertama Cina Terbuka.
·      Mayat wanita yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah tersebut.
·      Kepada Bapak Rektor, waktu dan tempat kami persilahkan.
·      Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini.
·      Rina menduduki juara pertama lomba karaoke antarmahasiswa.
Kalimat itu tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis adalah sebagai berikut.
·      Bapak menteri kami persilahkan.
·      Untuk menghemat waktu, kita teruskan acara ini.
·      Haryanto Arbi meraih gelar juara pertama Jepang Terbuka.
·      Hermawan Susanto menjadi juara pertama Cina Terbuka.
·      Sebelum meninggal, wanita yang mayatnya ditemukan itu seringmondar-mandir di daerah tersebut.
·      Bapak Rektor dipersilahkan.
·      Untuk menghemmat waktu, kita teruskan acara ini.
·      Rina menjadi juara pertama lomba karaoke antarmahasiswa.


BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Kalimat efektif merupakan kalimat yang komunikatif, mampu menyampaikan pesan , gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu kalimat tersebut harus memenuhi syarat yang telah ditentukan.
Syarat-syarat kalimat efektif adalah:
1.    Kesepadanan
2.    Keparalelan
3.    Ketegasan
4.    Kehematan
5.    Kecermatan
6.    Kepaduan
7.    Kelogisan

B.  Saran
Dalam tata tulis ataupun pembicara diperlukan penguasaan pada tataran kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Oleh karena itu, latihan terus-menerus diperlukan untuk memiliki keterampilan menulis karya ilmiah atau pemateri. Mahasiswa, guru, dosen, dan pemateri harus berlatih untuk menulis atau berbicara agar memiliki keterampilan dalam mengimplementasikan penggunaan kata, frasa, klausa, dan kalimat dalam paragraf  dan wacana. Hal ini penting sebagai upaya awal untuk merealisasikan penulisan karya ilmiah atau pembicara yang baik dan benar berdasarkan kaidah bahasa.



















DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, dkk. 1999. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Akhadiah, Sabarti, dkk. 1994. Pembinaan KemampuanMenulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Arifin E, Zaenal dan Tasai S, Amran. 2003. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
Badudu, J.S. 1984. Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.
Chaer, Abdul. 2011. Ragam Bahasa Ilmiah. Jakarta: Rineka Cipta.
Gusti Yanti, Prima, Fairul Zabadi, dkk. 2016. Bahasa Indonesia Konsep Dasar dan Penerapan. Jakarta: PT Grasindo.
Rohmadi, Muhammad, Eddy Sugiri, dkk. 2014. Belajar Bahasa Indonesia Upaya Terampil Berbicara dan Menulis Karya Ilmiah. Surakarta: Cakrawala Media.
Santosa, Puji, dan Muhammad Jaruki. 2016. Mahir Berbahasa Indonesia Baik, Benar, dan Santun. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suwarna, Dadan. 2012. Cerdas Berbahasa Indonesia Berbahasa dengan Pemahaman dan Pendalaman. Tanggerang: Jelajah Nusa.
Widjono, Hs. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengenbangan Kepribadian di Perguruan Tinggi (Rev). Jakarta: Grasindo.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar