Kamis, 04 Juni 2020

Tafsir QS. Ali `Imran 138-139 dan QS Al-Fath 29


MAKALAH
Tafsir QS. Ali `Imran 138-139 dan QS Al-Fath 29
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir I
Dosen : Taufiq Hidayat, S.Ag, MA



OLEH :
Anas Sufyan                                  (31.19.101)
Nurhasanah                                   (31.19.095)
Siti Hamidah                                 (31.19.130)
  Sitie Zaharani                                (31.19.096)


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM JAKARTA
Tahun 2020/2021

KATA PENGANTAR
Segala puji kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hikmah, hidayah, pengetahuan, kesehatan serta umur yang panjang sehingga makalah ini yang berjudul “Tafsir QS. Ali `Imran 138-139 dan QS Al-Fath 29” dapat kami selesaikan. Kami sangat berterimakasih kepada Bapak Dosen Taufiq Hidayat, S.Ag, MA yang telah memberikan tugas makalah ini untuk pembelajaran mata kuliah Tafsir.
Surat Ali `Imran adalah surat ke-3 dalam Al-Qur`an . surat ini terdiri dari 200 ayat dan termasuk surat Madaniyah. Dinamakan surat Ali `Imran karena memuat keluarga Imran dan didalamnya memuat kisah kelahiran Nabi Isa, persamaan ceritanya seperti Nabi Adam, kenabian dan beberapa mukjizatnya, serta disebutkan pula kelahiran Maryam binti Imran. Surat Al-Baqarah dan surat Ali `Imran ini dinamakan Az-Zahrawan (dua yang cemerlang), karena dua surat ini menyingkapkan hal-hal yang menurut Al-Qur`an disembunyikan oleh ahli kitab, seperti kejadian Nabi Isa dan kedatangan Nabi Muhammad.
Surat Al-Fath adalah surat ke-48 dalam Al-Qur`an. Surat ini tergolong surah Madaniyah yang terdiri atas 29 ayat. Dinamakan Al-Fath yang berarti kemenangan diambil dari perkataan Fat-han yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Sebagian besar dari ayat-ayat surah ini menerangkan hal-hal yang berhubungan dengan kemenangan yang dicapai Nabi Muhammad SAW dalam peperangannya.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang asbabun nuzul dan pokok kandungan dalam surat Ali `Imran ayat 138-139 dan surat Al-Fath ayat 29 dan dengan mengetahuinya kita dapat mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dan makalah ini akan menjelaskan kondisi lembaga pendidikan islam dan tantangannya. Dengan membaca makalah ini diharapkan kita sebagai penerus bangsa dapat mengetahui kondisi lembaga pendidikan dan tantangannya dan dapat memberikan solusi dan ide-ide yang dapat memajukan lembaga pendidikan islam.
Kami sadar sepenuhnya, jika dalam pembuatan makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun menuju kesempurnaan dari pembaca untuk kesempurnaan makalah kami yang akan datang



Jakarta, 12 Maret 2020




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................    i
DAFTAR ISI............................................................................................................    ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG..................................................................................    1
B.     RUMUSAN MASALAH..............................................................................    1
C.     TUJUAN PENULISAN................................................................................    2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Surat Ali `Imran Ayat 138-139......................................................................    3
1.      Asbabun Nuzul QS: Ali `Imran Ayat 138-139..................................    4
2.      Pokok Kandungan QS: Ali `Imran Ayat 138-139.............................    5
B.     Surat Al Fath Ayat 29....................................................................................    6
1.      Asbabun Nuzul QS: Al Fath ayat 29.................................................    7
2.      Pokok Kandungan QS: Al Fath ayat 29............................................    7
C.     Lembaga Pendidikan Islam............................................................................    8
D.    Tantangan Lembaga Pendidikan Islam..........................................................    8
E.     Sikap dalam Menghadapi Tantangan Terhadap pendidikan..........................    9
BAB III PENUTUP
A.    KESIMPULAN.............................................................................................    10
B.     SARAN.........................................................................................................    10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................    11









BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG

Seperti kita ketahui sendiri, Al-Qur`an adalah kalamullah  yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan perantara Malaikat Jibril secara berangsur-angsur, berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas atas petunjuk tersebut serta sebagai pembeda antara yang haq dan yang bathil agar bisa membebaskan manusia dari kesesatan menuju jalan yang lurus.
Surat Ali `Imran adalah surat ke-3 dalam Al-Qur`an . surat ini terdiri dari 200 ayat dan termasuk surat Madaniyah. Dinamakan surat Ali `Imran karena memuat keluarga Imran dan didalamnya memuat kisah kelahiran Nabi Isa, persamaan ceritanya seperti Nabi Adam, kenabian dan beberapa mukjizatnya, serta disebutkan pula kelahiran Maryam binti Imran. Surat Al-Baqarah dan surat Ali `Imran ini dinamakan Az-Zahrawan (dua yang cemerlang), karena dua surat ini menyingkapkan hal-hal yang menurut Al-Qur`an disembunyikan oleh ahli kitab, seperti kejadian Nabi Isa dan kedatangan Nabi Muhammad. Surat Ali `Imran turun setelah surat al-Anfal dan sebelum surat al-Ahzab. Dalam susunan mushaf, ia berada pada urutan ke tiga setelah surat Al-Baqarah dan sebelum an-Nisa. Isi kandungannya secara umum berkaitan dengan keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan sebagainya. Dan surat Ali `Imran ayat 138-139 menjelaskan tentang salah satu fungsi lainnya yaitu sebagai petunjuk dan pembimbing menuju jalan yang benar agar kita menjadi orang-orang yang bertaqwa.
Surat Al-Fath adalah surat ke-48 dalam Al-Qur`an. Surat ini tergolong surah Madaniyah yang terdiri atas 29 ayat. Dinamakan Al-Fath yang berarti kemenangan diambil dari perkataan Fat-han yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Sebagian besar dari ayat-ayat surah ini menerangkan hal-hal yang berhubungan dengan kemenangan yang dicapai Nabi Muhammad SAW dalam peperangannya. Dan pada surat ini menjelaskan tentang pibadi Rasulullah SAW dan para sahabat beliau. Beliau adalah nabi penutup dan sekaligus Rasul terakhir. Beliau diangkat menjadi utusan Allah tidak untuk dipuji oleh umatnya, tidak untuk di sanjung dan dijunjung tinggi sampai setinggi langit, serta tidak untuk di dewa-dewakan, atau senantiasa diperingati hari lahirnya oleh pengikutnya, tetapi untuk diikuti kepemimpinannya dalam urusan beriman kepada Allah, untuk dituruti tuntunannya dalam hal cara beribadah kepada-Nya, serta untuk dicontoh akhlaq dan budi pekertinya dalam cara bergaul dan bermasyarakat dengan manusia.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.    Apa sebab  turunnya  ayat 138-139 pada surat Ali `Imran?
2.    Apa sebab turunnya ayat 29 pada surat Al-Fath?
3.    Apa pokok kandungan ayat 138-139 pada surat Ali `Imran?
4.    Apa pokok kandungan ayat 29 pada surat Al-Fath?
5.    Bagaimana kondisi lembaga pendidikan Islam?
6.    Apa saja tantangan pada lembaga pendidikan islam?

C.    TUJUAN PENULISAN

1.    Mengetahui sebab turunnya ayat 138-139 pada surat Ali `Imran,
2.    Mengetahui sebab turunnya ayat 29 pada surat Al-Fath,
3.    Mengtahui pokok kandungan ayat 138-139 pada surat Ali `Imran,
4.    Mengetahui pokok kandungan ayat 29 pada surat Al-Fath,
5.    Mengetahui kondisi lembaga pendidikan islam, dan
6.    Mengetahui tantangan pada lembaga pendidikan islam.



















BAB II
PEMBAHASAN
A.  Surat Ali `Imran ayat 138-139
هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ
(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang- orang yang bertakwa.
وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.
Tafsir Ibnu Katsir
                        Di dalam Al-qur`an terdapat penjelasan mengenai berbagai hal, serta bagaimana keadaan umat-umat terdahulu dan juga musuh-musuh mereka. Di dalam Al-Qur`an itu terdapat berita tentang orang-orang sebelum kalian dan petunjuk bagi hati kalian sekaligus pelajaran, yaitu pencegahan terhadap hal-hal yang diharamkan dan perbuatan dosa. Kemudian Allah menghibur kaum Muslim, dengan Firman Allah artinya janganlah kamu lemah dengan kejadian itu, padahal kamu adalah orang yang paling tinggi derajatnya dan bahwa pertolongan hanya bagi kalian.
Tafsir Al-Maragi
            Petunjuk yang bersifat umum bagi umat manusia dan merupakan hujjah atau bukti bagi orang mukmin atau kafir, orang bertaqwa atau fasik, dalam hal ini juga merupakan bantahan kepada Nabi SAW meraka mengatakan jika Muhammad memang benar-benar seorang utusan, maka pasti mereka akan bisa dikalahkan dalam perang uhud.
            Sedangkan penjelasan ini petunjuk dan petuah yang khusus bagi orang-orang yang bertakwa, karena mereka adalah orang yang mau mengambil petunjuk dengan kenyataan-kenyataan seperti ini, mereka juga mau mengambil sebagai pelajaran dan dalam menghadapi kenyataan-kenyataan yang sedang mereka alami.
Dan janganlah kalian merasa lemah dalam menghadapi pertempuran  dan hal-hal yang diakibatkan olehnya, seperti membuat persiapan dan mengatur siasat perang lantaran luka dan kegagalan dalam perang uhud. Janganlah kalian bersedih atas orang-orang yang mati selama perang tersebut.
Cita-cita orang kafir hanya sesuai dengan tujuan rendah yang dikejarnya. Tidak demikian halnya dengan tujuan orang-oran mukmin, yaitu ingin menegakkan mencusuar keahlian diduia, dan mengejar kebahagiaan yang abadi di akhirat kelak.

Kesimpulannya, bahwa perintah untuk persiapan, menyediakan segala peralatan termasuk dengan tekad dan semangat yang benar, disamping keteguhan hati dan bertawakal kepada Allah supaya bisa meraih kemenangan dan mendapatkan apa yang diinginkannya, serta dapat mengembalikan kerugian atau kekalahan yang telah mereka derita.
Tafsir Al-Azhar
            Mempelajari sejarah umat-umat terdahulu dan melihat bekasnya dengan melawat mengembara dengan sendirinya akan memperoleh penjelasan. Petunjuk dan pengajaran. Ilmu kita akan semakin bertambah tentang perjuangan hidup manusia di dunia ini. Dalam ayat ini kita dianjurkan mengetahui empat ilmu yang ama penting yaitu: sejarah, ilmu bekas peninggalan kuno, ilmu siasat perang, dan ilmu siasat pengendalian negara.
            Didalam sejarah kita dapat mendapatkan pembelajaran dan hikmah didalamnya agar pada masa yang akan datang tidak terjadi suatu hal yang sama, dan stategi yang ada pada sejarahpun dapat kita terapkan ketika kita mengalami suatu masalah yang sama. Dalam sejarah banyak sekali hal-hal yang  penting, walaupun tidak semua sejarah dibahas dan ditulis didalam Al-Qur`an hanya kebanyakan berkenaan dengan perjuangan-perjuangan rasul, misalnya Nabi Musa a.s menentang kedzaliman Fir`aun atau Nabi Ibrahim menghadapi kaumnya, namun ada juga yang tidak tertulis didalam Al-Qur`an misalnya mengapa Octavianus dapat mengalahkan Anthonius ketika merebut kuasa atas lembah nil? Disini kita menemukan kecongkakan Anthious, sebab kemenangan-kemenangan yang lalu dan pelukan Cleopatra yang menyebabkan dia lupakan daratan. Tidak diingatnya, bahwa orang ditanah airnya sendiri sudah mulai bosan kepadanya, sebab bangsanya sendiri sudah di bawanya bertualang untuk kepentingan pribadi, lantaran itu ketika pukulan Octavinous datang, dia tidak bertahan lagi.
            Dalam hal tersebut bahwa dengan memerhatikan cerita di atas kita dapat memperoleh penjelasan, petunjuk pengajaran bagi orang yang bertakwa. Disini kita dapat mengetahui lagi bertapa luasnya arti takwa. Pokok inti ialah memelihara. Maksud yang pertama, ialah takwa kepada Allah. Memelihara hubungan dengan Allah dan takut kepada-Nya.
            Tetapi dalam ayat ini kita bertemu lagi dengan arti lain, yaitu memelihara, menjaga, awas dan waspada. Maka dnegan demikian takwa kepada Allah tidaklah cukup sekedar puasa, shalat, haji dan zakat saja. Tetapi termasuk lagi dalam rangka menjaga agama dari intaian musuh.
            Setelah selesai perang uhud yang telah menewaskan 70 mujahid fisabilillah, antara Hamzah Abdul Muthalib, paman Nabi SAW sendiri dan Nabi SAW pun mendapat luka, kelihatan kelesuan, lemah semangat dan duka cita. Sebab suatu hal masih ada padamu, modal tunggal yang tidak pernah dapat dirampas oleh musuhmu, yaitu iman. Jika kamu masih memiliki iman dalam dadamu, kamulah yang tinggi dan akan tetap tingg. Sebab iman itulah pandumu menempuh zaman depan yang masih akan dihadapi.
1.    Asbabun Nuzul QS:Ali `Imran ayat 138-139
Setelah menjelaskan sunnah Allah (ayat 137), datanglah jawaban terhadap seruan itu, untuk menjadi nasihat dan pembelajaran dengan adanya penjelasan pada ayat 138. Bahwa pada ayat ini Allah memberikan penerangan bagi umat manusia secara keseluruhan.
Pada masa itu, umat islam mengalami kekalahan akibat kelalaiannya di perang Uhud. Banyak panglima yang tewas saat pertempuran, sehingga membuat mereka yang selamat saat itu merasa sangan kecewa, terpuruk, terpukul dan sangat bersedih. Lalu Allah datang dengan kabar gembira yang diberikan-Nya dengan motivasi kembali kepada umat islam yang sedang terpuruk itu.
Ibnu Abbas r.a berkata, “pada perang Uhud, para sahabat mengalami kekalahan. Lalu ketika itu, tiba-tiba Khalid bin Walid beserta pasukan berkuda kaum musyrik ingin naik ke atas bukit untuk menyerang pasukan islam. Melihat hal itu Rasulullah SAW. berkata, “Ya Allah, jangan ssampai mereka mengalahkan kami, ya Allah, tiada kekuatan bagi kami kecuali atas izin dan kehendak-Mu, ya Allah, di tanah ini tiada orang yang menyembah-Mu kecuali orang-orang ini.” Lalu Allah SWT menurunkan ayat-ayat ini. Lalu ada sekelompok dari kaum Muslimin yang langsung meloncat belarian keatas bukit, lalu mereka menyerang pasukan berkuda kaum musyrik dengan senjata panah sehingga akhirnya mereka kalah dan mundur. Ini adalah maksud ayat,
وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ “padahal kalianlah sebenarnya orang-orang yang lebih tinggi.”
2.    Pokok Kandungan QS: Ali `Imran ayat 138-139
Ulama tafsir mengatakan bahwa maksud ayat 138 ini adalah: memperingatkan kaum muslimin bahwa kekalahan mereka pada perang Uhud adalah pelajaran bagi orang-orang islam, tentang berlakunya ketentuan sunnah Allah itu. Mereka menang pada perang Badar, karena mereka menjalankan dan mematuhi perintah Nabi Saw.
Pada perang Uhud pun mereka hampir saja memperoleh kemenangan tetapi oleh karena mereka lalai dan tidak lagi mematuhi perintah Nabi SAW, akhirnya mereka terkepung dan diserang tentara musuh yang jauh lebih banyak jumlahnya, sehingga bergelimpanglah puluhan kurban syuhada dari kaum muslimin, dan Nabi sendiri menderita luka dan pecah salah satu giginya.
       Ini adalah penerangan bagi manusia secara keseluruhan. Ini adalah kutipan peristiwa kemanusiaan yang telah jauh berlalu, yang manusia sekarang tidak akan dapat mengetahuinya kalau tidak ada penerangan yang menunjukkannya. Akan tetapi hanya segolongan manusia tertentu saja yang mendapatkan petunjuk di dalamnya, mendapatkan pelajaran , mendapatkan manfaat dan menggapai petunjuknya. Mereka itu adalah golongan “muttaqin” orang-orang yan bertakwa.
Kalimat yang mengandung petunjuk ini tidak dapat di tangkap dan dicerna kecuali dengan hati yang beriman dan terbuka untuk penerima petunjuk. Nasihat dan pelajaran yang berharga itu tidak dapat dimanfaatkan kecuali oleh hati yang bertakwa, tanggap terhadapnya, dan bergerak dengannya. Maka, bagi manusia dengan sedikitnya pengetahuan tentang yang hak dan yang bathil, tentang petunjuk kesesatan dan kebenaran dengan tabiatnya yang terang dan jelas, tidak memerlukan penjelasan yang panjang lebar. Hanya saja antusiasme manusia terhadap kebenaran hanya sedikit, dan sedikit pula kemampuan memilih jalan kebenaran itu. Hal itu disebabkan antusiasme terhadap kebenaran dan kemampuan memilih jalannya itu tidak didorong melainkan oleh iman, sedangkan yang dapat memeliharanya adalah takwa.
Oleh karea itu, penetapan-penetapan sedemikian ini disebutkan secara berulang-ulang dalam Al-Qur`an . disebutkan nash nya dalam Al-Qur`an bahwa didalam kitab ini terdapat kebenaran, petunjuk cahaya, nasihat dan pelajaran. Semua itu hanya untuk oramg-orang yang beriman dan bertakwa. Iman dan takwa itulah yang melapangkan hati untuk menerima petunjuk, cahaya, nasihat, dan pelajaran, dan yang menghiasi hati sehingga terasa indah untuk memilih cahaya dan petunjuk itu, serta memanfaatkan nasihat dan pelajarannya. Juga untuk bersabar dan tabah dalam menanggung beban derita dalam menempuh jalannya. Inilah persoalannya, inilah esensi masalahnya. Bukan sekedar ilmu dan pengetahuan. Karena banyak orang yang menegerti dan mengetahui, tetapi mereka bergelimang dalam lumpur kebatilan. Mungkin karena memperturutkan hawa nafsunya, hingga tidak berguna ilmu dan pengetahuannya. Mungkin juga karena takut menderita sebagai konsekuensi pengemban kebenaran dan pelaku dakwah.
Ulama tafsir mengatakan bahwa maksud ayat 139 ini adalah: menghendaki agar kaum muslimin jangan bersifat lemah dan bersedih hati, meskipun mereka mengalami kekalahan dan penderitaan yang cukup pahit pada perang Uhud, karena kalah atau menang dalam suatu peperangan adalah soal biasa yang termasuk dalam ketentuan Allah. Yang demikian itu hendaklah dijadikan pembelajaran kaum muslimin dalam peperangan sebenarnya mempunyai mental yang kuat dan semangat yang tinggi jika mereka benar-benar beriman.
Janganlah kamu bersikap lemah dan bersedih atas yang telah menimpamu  dan luput darimu  karena kamu adalah orang-orang yang paling tinggi derajatnya. Akidahmu  lebih tinggi karena kamu hanya bersujud kepada Allah saja, sedang mereka bersujud pada sesuatu dari makhluk ciptaan-Nya. Manhaj kamu lebih tinggi karena kamu berjalan menuntut manhaj Allah, sedang mereka menempuh jalan kehidupan menurut manhaj yang dibuat oleh makhluk Allah. Peranan kamu lebih tinggi, karena kamu mengemban wasiat atas kemanusiaan seluruhnya, pembawa petunjuk kepada semua manusia,  sedang mereka menyimpang dari manhaj Allah , tersesat dari jalan yang lurus. Kedudukan kamu lebih tinggi, karena kamu adalah pewaris bumi sebagaimana yang dijanjikan Allah, sedang mereka akan musnah dan dilupakan. Maka jika kamu benar-benar beriman, niscaya kamu adalah orang-orang yang derajatnya paling tinggi. Jika kamu benar-benar beriman, maka janganlah kamu merasa lemah dan bersedih hati. Karena semua itu adalah sunnah Allah, yang mungkin saja ditimpakan kepada mu dan kepada orang lain. Akan tetapi, hanya kamulah yang akan mendapatkan akibat yang baik setelah kamu berijtihad dan berusaha keras, setelah mendapakan ujian yang setelah mengalami pembersihan.
B.  Surat Al-Fath Ayat 29
 مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ ٱللَّهِ ۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَىٰهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنًا ۖ سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ ٱلسُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِى ٱلْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْـَٔهُۥ فَـَٔازَرَهُۥ فَٱسْتَغْلَظَ فَٱسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ يُعْجِبُ ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ ٱلْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًۢا
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.
1.    Asbabun Nuzul QS: Al-Fath ayat 29
As-Suyuthi: Az-Zubair bin Bakkar (dalam Akbar Al Madinah) dan Abu Nu`aim (dalam Al Madinah) dan Abu Nu`aim (dalam ad-Dalail) meriwayatkan dari Ibnu Mas`ud, ia mengatakan Rasulullah SAW bersabda, “sifatku adalah: Ahmad Al Mutawakkil, lahirnya di Mekkah dan tempat hijrahnya di Madinah, tidak keras dan tidak kasar, membalas kebaikan dengan kebaikan, tidak membalas dengan kejahatan, umatnya adalah orang-orang yang suka memuji (tuhannya), memakai pakaian dengan keadilan mereka, membersihkan anggota tubuh mereka (berwudhu), injil-injil mereka (kitab suci mereka), berbaris dalam perang, pengorbanan mereka adalah dengan darah mereka (jihad fi sabilillah), pendeta di malam hari dan singa di siang hari.
Al Hakim: Abu Zakariya Al `Anbari mengabarkan pada kami, Muhammad bin Abdussalam menceritakan kepada kami, Ishaq bin Ibrahim menceritakan pada kami, Jarir memberitahukan kepada kami dari Al A`masy dari Khaitsamah, ia berata, “Seseorang laki-laki membaca surat Al-Fath dihadapan Abdullah. Ketika sampai pada ayat :
كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْـَٔهُۥ فَـَٔازَرَهُۥ فَٱسْتَغْلَظَ فَٱسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ
Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus diantara pokoknya, tanaman itu menyenangkan hati penanaman-penanamannya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin), ia berkata, “supaya Allah membuat marah orang-orang kafir dengan kekuatan Nabi dan Shabatnya.” Katanya, melanjutkan: kemudian Abdullah berkata, “kalian adalah tanaman dan telah dekat untuk dipanen.”
2.    Pokok Kandungan QS: Al-Fath ayat 29
Al-Fath merupakan ayat yang turun ketika peristiwa hudaibiyyah. Ayat ini menjelaskan bahwasan Nabi Muhammad adalah utusan Allah (rasul Allah). Ayat ini menjelaskan bahwa orang beriman akan tampak cahaya atau nur tanda bekas bersujud. Dan ayat ini adalah dalil yang menjelaskan tentang janji Allah kepada orang yng beriman bahwasannya  mereka akan mendapatkan pahala dan ampuan dari Allah. Surat ini menjelaskan sebuah deksripsi tentang Rasulullah dan para sahabatnya dengan pujian yang mulia. Yang menonjolkan ummat bahwa ia merupakan kelompok terpilih, baik kondisi lahiriyah maupun batiniyah.
Ada potongan kalimat yang menggambarkan kondisi mereka dengan kaum kafir dan dengan diri mereka sendiri (ia adalah keras terhadap orang-orang kafir tetapi berkasih sayang sesama mereka). Adapula penggalan yang menggambarkan keadaan mereka saat beribadah (kamu melihat mereka ruku dan sujud). Ada penggalan yang menggambarkan kalbu merekam isi hatinya, dan gejolaknya (mencari karunia Allah dan keridhoanNya). Dan ada pula penggalan yang menerangkan tentang pengaruh ibadah dan fokusnya mereka kepada Allah (tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat).
Ayat ini dimulai dengan peneguhan sifat Nabi Muhammad Saw sebagai seorang nabi. Namun kaum muslimin memiliki beberapa kondisi-kondisi, kondisi yang pertama mereka bersikap keras kepada kaum kafir, padah diantara mereka ada ayah, saudara, kerabat, bahkan sahabat. Mereka memutuskan semua hubungan ini dan berkasih sayang terhadap saudara seagama. Umat muslimin adalah cara mereka beribadah, mereka ruku dan sujud menyembah kepada Allah. Dan menyangkut masalah batiniyah dan isi hati yang paling dalam. Mereka mencari karunia Allah dan keridhaannya dan selalu menjdi ambisinya yang tiada habis. . menetapkan dampak ibadah lahiriyah yang tercemin dalam gerak-geriknya seperti tampak pada tanda-tanda bekas sujud yang ada diwajah. Tanda yang tampak pada wajah mereka ialah keelokan, cahaya, kecerahan dan keramahan. Dari sumbu ibadah teranglah kehidupan mereka dengan keelokan dan kelembutan. Tanda wajah tersebut bukanlah berupa noda yang dikenal di dahi sebagaimana yang dipahami saat mendengar kata “bekas sujusd”. Yang dimaksud dengan “bekas sujud” ialah dampak ibadah.
C.  Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga pendidikan islam adalah lembaga atau tempat berlangsungnya proses pendidikan yang dilakukan dengan tujuan mengubah tingkah laku individu ke arah yang lebih baik melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Perubahan yang dimaksud tentu dilandasi dengan nilai-nilai islami.
Berbicara tentang lembaga-lembaga pendidikan islam, secara garis besar ada tiga macam bentuk lembaga pendidikan islam, yaitu lembaga pendidikan informal, lembaga pendidikan nonformal, dan lembaga pendidikan formal. Secara singkat, lembaga pendidikan  informal adalah pendidikan dalam keluarga yang mana keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama bagi anak. Didalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik pada usia yang masih muda, karena pada usia ini anak lebih peka terhadap pengaruh dari pendidiknya (orang tuanya atau anggota keluarganya).
Sedangkan lembaga nonformal adalah pendidikan yang ada di masyarakat, berupa pengajian-pengajian, majlis taklim, atau organisasi-organisasi lainnya yang berada di masyarakat. Lembaga formal adalah lembaga pendidikan di sekolah. Sekolah adalah lembaga pendidikan yang penting sesudah keluarga, karena makin besar kebutuhan anak, maka orang tua menyerahkan tanggung jawab sebagian kepada lembaga sekolah.

D.  Tantangan Lembaga Pendidikan Islam
pada pembahasan kali ini, hanya akan dibatasi tentang lembaga pendidikan formal. Tantangan lembaga pendidikan ini menurut Cece Wijaya dapat dilukiskan sebagai perubahan masyarakat di bidang sosial, ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang berpengaruh terhadap sistem pendidikan yang sedang berjalan. (Cece Wijaya, 1999:33)
1.    Tantangan di bidang politik
Lembaga pendidikan yang ada di dalam wilayah suatu negara merupakan sektor perkembangan  kehidupan budaya bangsa yang committed (terikat) dengan tujuan perjuangan nasional yag berdasarkan landasan pada falsafah negaranya. Oleh karena itu, maka suatu lembaga pendidikan yang tidak bersedia mengikuti politik negaranya, akan merasakan bahwa politik tersebut menjadi pressure (tekanan) terhadap cita-cita kelembagaan tersebut. Sudah tentu hal ini merupakan tantangan yang perlu dijawab secara “polities fundamental”.
2.    Tantangan di bidang kebudayaan
Suatu perkembangan kebudayaan dalam abad modern ini adalah tidak dapat terhindar dari pengaruh kebudayaan bangsa lain. Kondisi demikian menyebabkan timbulnya proses akulturasi (perpaduan), dimana faktor nilai yan mendasari kebudayaan sendiri sangat menentukan surive (daya tahan) bangsa tersebut. Ini merupakan tantangan besar bagi lembaga pendidikan islam untuk membentengi anak-anak bangsa dari pengaruh-pengaruh negatif yang diakibatkan oleh kebudayaan tersebut. Karena kalau tidak, nilai-nilai kultural bangsa ini akan terancam pudar dan akan musnah seiring berlalunya waktu.
3.    Bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
Kehadiran alat-alat canggih seperti televisi, radio, handphone dll akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Alat-alat pembelajaran ini akan membawa tantangan bagi pendidik dalam pengembangan sumber daya manusia. Dan umumnya alat-alat teknologi ini diciptakan untuk mempermudah manusia bekerja dan berbuat serta dapat memberikan rasa senang kepada pemakainya.
4.    Tantangan di bidang ekonomi
Ekonomi merupakan tulang punggung dari kehidupan bangsa yang dapat menentukan mau mundurnya suatu proses perkembangan sistem pendidikan. Bisa dilihat dari sektor ini, maka problem-problem kehidupan ekonomi perlu dijawab oleh lembaga-lembaga pendidikan. Apalagi bila diingat bahwa hasil pendidikan adalah sama prosesnya dengan hasil produksi tenaga ahli.  Jawaban yang diberikan oleh lembaga pendidikan antara lain tercermin dalam sistem kependidikan secara kurikulum atau program kependidikan yang ditetapkan.

E.  Sikap dalam Menghadapi Tantagan Terhadap Pendidikan
dalam menghadapi tantangan tersebut, ada berapa sikap yang dipegang, bergantung pada dimensi filosofis dari masing-masing intuisi kependidikan itu sendiri. Sikap-sikap tersebut antara lain:
1.    Sikap peduli terhadap tantangan perubahan sosial.
2.    Sikap yang mengakui adanya perubahan sosial akan tetapi menyerahkan pemecahan kepada orang lain.
3.    Sikap yang mengidentifikasikan perubahan dan berpartisipasi dalam perubaan itu.
4.    Sikap yang lebih aktif yang melibatkan diri dalam perubahan sosial dan menjadikan dirinya sebagai pusat perubahan sosial.
5.    Peningkatan mutu pendidikan islam.
6.    Mengembangkan tradisi ilmiah di lembaga pendidikan islam.






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas, individu-individu yang beradap akan terbentuk yang akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Seperti yang kita ketahui sendiri, al-Qur`an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan perantara malaikat Jibril as secara berangsur-angsur.
Tafsir surat Ali `Imran ayat 138-139 menjelaskan tentang salah satu fungsi Al-Qur`an dari sekian banyak fungsi lainnya yaitu sebagai petunjuk dan pembimbing menuju jalan yang benar agar kita menjadi orang-orang yang bertakwa dan berisikan juga tujuan pendidikan. Dan ayat ini juga menggambarkan bahwa Allah selalu memberikan motivasi untuk umatnya ketika umatnya sedang dilanda musibah atau kesedihan.
Pada ayat terakhir surat Al Fath menjelaskan bahwa sifat yang harus dimiliki oleh orang mukmin. Dan menjelaskan salah satu tujuan pendidikan yaitu dengan kita memiki sifat seperti orang mukmin.dari ayat tersebut juga menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya bersikap keras atau tegas terhadap orang-orang kafir namun berkasih sayang terhadap sesamanya. Bahwa kita tidak boleh menyakiti sesama saudara muslim.

B.     Saran
Meskipun kami menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu kami perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan kami. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.







           

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur`an al-Karim.
Abdullah. 2004. Tafsir Ibnu Katsir. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi`i.
Al-Maraghi, Ahmad. 1993. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: Karya Toha Putra.
Hamka. 2004. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Hawi, Akmal. Tantangan Lembaga Pendidikan Islam. Tadrib. Vol.3, No.1. hlm 143-147.
Quthb, Sayyid. 1992. Tafsir Fi Zhilalil Qur`an, Penerjemah: As`ad Yasin, Abdul Aziz Salim Basyarahil, Muchothob Hamzah (Depok: Gema Insani, 2006, Cet. Ke-3).



1 komentar: